Skip to main content

Posts

Sesak

Recent posts

Jalan Bareng #1

Jadi gue baru aja kumpul setelah sekian lama bareng sahabat-sahabat gue, yaelah lebay banget, ya? Karna waktu kita super padat, ralat, jadwal gue super padat, jadi kita baru bisa ketemuan sekaligus ngasih kado buat manusia super rempong, Ressa—Geco—Roti Kismis, and many more. Jadi, sebelum gue dan Hana memberikan hadiah untuk dia, kebetulan gue yang harus ngebungkus kado. Itu kado nganggur gue simpen di pojok ruangan berhari-hari, ya jelas gue super sibuk jadi gak sempet ngebungkus itu kado. Sampai akhirnya, karna jadwal latihan gue kosong dan berhubung sedang libur akhir tahun, gue bungkuslah itu kado sepenuh hati. Dan kebetulan lagi, di rumah gue itu banyak koran yang terlantar gitu aja, ya gue memanfaatkan untuk membungkus kado itu, pokoknya itu kado gue lapisin koran sebanyak-banyaknya. Terus karna gue masih ada ide, akhirnya pada koran ke-3 gue melapisi semua bagian itu dengan lakban, ya gak jauh beda kalau dapet barang dari JNE. Gue pengen liat aja sih ekspresi manusi...

Si tukang koar-koar

Mari, aku ajak kau berpikir sedikit, barangkali masih ada otak dan hatimu yang mau memahami orang lain. Bagaimana kau tau bahwa baju yang aku pakai ini diberikan cuma-cuma oleh orang yang sayang padaku? Bagaimana kau tau bahwa fasilitas yang aku miliki ini diberikan oleh orang yang peduli padaku begitu saja? Tinggal minta, tinggal bicara, semua kudapat. Atau mungkin, tanpa meminta dan bicara, sudah kudapat. Lantas, bagaimana kamu bisa bicara bahwa aku tidak merasa senang saat aku mendapat juara? Sedang kamu bukan diriku, sedang kamu bukan jiwaku, bagaimana bisa mulutmu itu berkata bahwa aku tidak bahagia, bahwa aku tidak senang? Bagaimana? Jawabannya tentu hanya karna kamu iri padaku. Tidak suka saat aku senang, cepat menyimpulkan apa yang aku lakukan, kemudian seenaknya berkata kalau aku merasa sepeti ini-itu. Macam peramal saja, bahkan peramal pun tidak selalu benar saat membaca perasaan orang, atau mungkin tidak bisa. Entahlah, kan aku bukan peramal sepertimu. Soal baju ya...

Generasi Tik Tok

Gue bingung sebenernya harus mulai dari mana tulisan ini. Yang pasti gue sangat muak melihat generasi penerus bangsa yang sibuk dengan dunia tik tok. Mungkin gue memang nggak memahami apa itu tiktok atau musically dan sejenisnya. Gue nggak tau caranya gerak-gerakin tangan membentuk segi empat, gue nggak tau caranya pindah-pindah tempat dan ganti baju hanya untuk sebuah video, gue nggak tau caranya muterin handphone selihai itu, dan gue nggak tau caranya bergaya dengan muka cakep biar dapet followers banyak dan berujung jadi selebgram. Mungkin lebih tepatnya, gue nggak tertarik untuk sekedar mengunduh dan melakukan itu. Gue merasa, hal itu jauh dari kata berguna, bukan berarti mereka kerajinan, tapi mereka kurang kerjaan. Kemudian muncul sosok yang nggak gue tau siapa dia. Gue hanya tau kalau semua orang bahkan sodara gue membahas tentang orang ini, yang katanya anak tik tok, yang katanya punya fans yang menuhankan dirinya. Gue nggak tau lagi mau dibawa kemana Indonesia ini? Mau...

It's enough..

Lagi-lagi gue dapet kabar yang kali ini udah bikin gue muak. Gue sering banget dapet cerita korban-korban pelecehan seksual yang disalahkan. Demi tuhan gue ga tau lagi harus dengan cara apa gue menyadarkan mereka. Masih ada manusia yang nggak berotak kayak gini di jaman secanggih ini. Kayaknya yang berkembang teknologi doang, otak manusia masih aja nggak berkembang dan jauh dari kata cerdas. Terus apa sekarang? Salah karna nggak nutup aurat? Terus gue yang udah nutup aurat kenapa masih jadi korban pelecehan? Apa lagi? Apa lagi yang salah dari kita sebagai perempuan? Tolong otak mesumnya dibuang jauh-jauh. Kenapa? Masih mau membela diri kalau perempuan itu sendiri yang bikin nafsu? Kalau emang bisa gunain otaknya dengan baik dan benar, menurut gue nggak akan ada tuh rasa nafsu dengan perempuan lain yang jelas-jelas nggak ada hubungan yang terikat dan sah dengan diri lo. As simple as jangan menyalahkan korban dan menyudutkan korban itu sendiri, sih. As simple as that. Dan gue baru ...

(Bukan) Manusia

Kenapa masih ada manusia sejenis ini ya? Banyak, bukan satu--dua orang. Kerjaannya ngehina-hina, apa aja dibawa. Mau ngebercandain, malah bawa-bawa orang tua, bawa-bawa organisasi. Gue juga kesel, kenapa kalau ada kesalahan, selalu jadi bahan olok-olok, jadi bahan ejekan. Nggak pernah mikir apa? Nggak ada suatu hal yang sempurna! Emang udah seberapa sempurna lo jadi orang baik? Yang nggak pernah punya kesalahan. Maaf ya, kalau emang lo orang baik--ngerasa baik, lo nggak akan seenaknya hina-hina orang. Diam itu emas. Nggak! Diam itu nggak selalu emas! Manusia sejenis ini, kalau didiemin makin menjadi-jadi. Buktinya? Gue! Gue yang dulu ketawa-ketiwi santai aja kalau dihina. Tapi nyatanya, lama-lama ini manusia malah makin nggak punya hati! Nggak punya otak! Ya artinya emang harus dilawan. Lo kira lo siapa? Kenapa? Kenapa kalau gue marah-marah? Kalau emang lo nggak suka gue marah, yaudah! Jangan bikin gue marah dengan hina-hina gue! Terlebih bawa-bawa orang tua, bawa-bawa organi...

Bingung

Gue kira, semakin gue bertambah usia, semakin gue mudah menjalin hubungan. Bukan, bukan hubungan cinta yang belum waktunya gue lalui. Tapi hubungan pertemanan. Gue tuh selalu bersikap open to everyone dan gue nggak mau pilih-pilih teman. Gue pikir, semua orang sama aja, nggak ada perbedaan kasta. Setahun gue jadi siswi SMA, bisa dibilang gue punya banyak kenalan. U can say on all classes, selalu ada yang gue kenal, selalu ada orang yang bisa diajak ketawa-ketawa nggak jelas. Pun juga ketika gue berada di kelas, gue ngerasa kalau mereka itu bener-bener temen gue, kalau boleh lebay, hidup gue indah karna mereka. Tapi, selalu ada titik dimana, gue ngerasa asing, gue nggak nyaman bersama mereka, siapapun itu. Gue sendiri bingung, teman seperti apa yang gue mau? Teman sejenis apa yang gue cari? Gue pun nggak tau. Gue bingung harus menghabiskan waktu dengan sosok teman seperti apa. Actually gue mungkin terlihat dekat dengan sana-sini, mungkin gue terlihat nyaman dengan sana-sini, but d...