Kenapa masih ada manusia sejenis ini ya? Banyak, bukan satu--dua orang. Kerjaannya ngehina-hina, apa aja dibawa. Mau ngebercandain, malah bawa-bawa orang tua, bawa-bawa organisasi.
Gue juga kesel, kenapa kalau ada kesalahan, selalu jadi bahan olok-olok, jadi bahan ejekan. Nggak pernah mikir apa? Nggak ada suatu hal yang sempurna! Emang udah seberapa sempurna lo jadi orang baik? Yang nggak pernah punya kesalahan. Maaf ya, kalau emang lo orang baik--ngerasa baik, lo nggak akan seenaknya hina-hina orang.
Diam itu emas.
Nggak! Diam itu nggak selalu emas! Manusia sejenis ini, kalau didiemin makin menjadi-jadi. Buktinya? Gue! Gue yang dulu ketawa-ketiwi santai aja kalau dihina. Tapi nyatanya, lama-lama ini manusia malah makin nggak punya hati! Nggak punya otak! Ya artinya emang harus dilawan. Lo kira lo siapa?
Kenapa? Kenapa kalau gue marah-marah? Kalau emang lo nggak suka gue marah, yaudah! Jangan bikin gue marah dengan hina-hina gue!
Terlebih bawa-bawa orang tua, bawa-bawa organisasi. Lo itu kalau emang nggak bisa gunain otak lo untuk mikir, pake hati lo buat jadi perasa! Kalau nggak bisa juga, gue baru bisa paham, kalau emang lo itu bukan manusia! Sama kayak sajak yang pernah gue baca :
Kadang manusia lupa, batas wajar mulutnya berbicara. Manusia kadang terlalu senang menghina, sampai lupa kalau sudah buat luka. Luka dengan kata-kata itu lebih nusuk. Susah disembuhin.
Emang ya, hidup manusia ini tuh terlalu nggak berguna. Gue kasian aja sih, hidup cuman sebentar, manusia ini malah sibuk mencari kesalahan, senang kalau orang berbuat salah, mulut berbusa karna nggak berhenti menghina orang.
Yang bikin gue sedih lagi, disaat dia capek hina-hina, gue sibuk dengan hal yang lebih baik. Iya, lebih baik dari pada hina-hina dan mengolok-ngolok. Kasian juga, hati sama otaknya nggak digunain untuk hal baik.
Sayang aja gitu, masih muda, generasi bangsa, tapi kayak gini. Gue mikir aja gitu, manusia macam ini harus cepet-cepet diubah, biar ada gunanya buat Indonesia. Sedih juga, kalau Indonesia ini generasinya mental-mental bully.
Yang nggak paham perasaan gue, mungkin cuman bilang, "yaudahlah mungkin dia omongannya emang gitu, orangnya emang gitu, kayak biasa".
Kayak biasa? Biasa? Biasa nyakitin orang? Iya?!
Gue emang orang sensitif, karna gue punya hati, gue punya rasa, itu alasan kenapa gue nggak suka dihina-hina. Susah sih ya, kalau cerita sama orang yang notabene-nya nganggep semua hal itu biasa. Padahal, biasa itu adalah awal dari sesuatu yang akan berlebihan karna dibiarin terlalu lama.
Gue nggak tau sih, manusia jenis ini, kalau dikasih tau bakalan mikir atau nggak. Kalau nggak, berarti emang bener, otaknya rusak! Keras hati!
Gue emosi sebenernya, tapi gue berpikir sehat aja, manusia kayak gini patut didoakan, biar jadi manusia yang berguna, dan bisa banggain orang tuanya. Kasian, orang tuanya banting tulang cari biaya buat sekolahin anaknya, eh ternyata kelakuannya kurang ajar, nggak ada sopan santunnya.
Gue ingetin aja sih, emang kalau balasan nggak dateng sekarang-sekarang, nggak dateng dari gue langsung. Tapi percaya, kapun pun itu, oleh siapa pun itu, lo bakal diperlakukan hal yang sama pula.
Karna gue yakin, apa yang ditanam, itulah yang dituai.
Bubay!
Gue juga kesel, kenapa kalau ada kesalahan, selalu jadi bahan olok-olok, jadi bahan ejekan. Nggak pernah mikir apa? Nggak ada suatu hal yang sempurna! Emang udah seberapa sempurna lo jadi orang baik? Yang nggak pernah punya kesalahan. Maaf ya, kalau emang lo orang baik--ngerasa baik, lo nggak akan seenaknya hina-hina orang.
Diam itu emas.
Nggak! Diam itu nggak selalu emas! Manusia sejenis ini, kalau didiemin makin menjadi-jadi. Buktinya? Gue! Gue yang dulu ketawa-ketiwi santai aja kalau dihina. Tapi nyatanya, lama-lama ini manusia malah makin nggak punya hati! Nggak punya otak! Ya artinya emang harus dilawan. Lo kira lo siapa?
Kenapa? Kenapa kalau gue marah-marah? Kalau emang lo nggak suka gue marah, yaudah! Jangan bikin gue marah dengan hina-hina gue!
Terlebih bawa-bawa orang tua, bawa-bawa organisasi. Lo itu kalau emang nggak bisa gunain otak lo untuk mikir, pake hati lo buat jadi perasa! Kalau nggak bisa juga, gue baru bisa paham, kalau emang lo itu bukan manusia! Sama kayak sajak yang pernah gue baca :
"Tidaklah berbeda dari seekor binatang penguasa hutan!"
Liar.
Kadang manusia lupa, batas wajar mulutnya berbicara. Manusia kadang terlalu senang menghina, sampai lupa kalau sudah buat luka. Luka dengan kata-kata itu lebih nusuk. Susah disembuhin.
Emang ya, hidup manusia ini tuh terlalu nggak berguna. Gue kasian aja sih, hidup cuman sebentar, manusia ini malah sibuk mencari kesalahan, senang kalau orang berbuat salah, mulut berbusa karna nggak berhenti menghina orang.
Yang bikin gue sedih lagi, disaat dia capek hina-hina, gue sibuk dengan hal yang lebih baik. Iya, lebih baik dari pada hina-hina dan mengolok-ngolok. Kasian juga, hati sama otaknya nggak digunain untuk hal baik.
Sayang aja gitu, masih muda, generasi bangsa, tapi kayak gini. Gue mikir aja gitu, manusia macam ini harus cepet-cepet diubah, biar ada gunanya buat Indonesia. Sedih juga, kalau Indonesia ini generasinya mental-mental bully.
Yang nggak paham perasaan gue, mungkin cuman bilang, "yaudahlah mungkin dia omongannya emang gitu, orangnya emang gitu, kayak biasa".
Kayak biasa? Biasa? Biasa nyakitin orang? Iya?!
Gue emang orang sensitif, karna gue punya hati, gue punya rasa, itu alasan kenapa gue nggak suka dihina-hina. Susah sih ya, kalau cerita sama orang yang notabene-nya nganggep semua hal itu biasa. Padahal, biasa itu adalah awal dari sesuatu yang akan berlebihan karna dibiarin terlalu lama.
Gue nggak tau sih, manusia jenis ini, kalau dikasih tau bakalan mikir atau nggak. Kalau nggak, berarti emang bener, otaknya rusak! Keras hati!
Gue emosi sebenernya, tapi gue berpikir sehat aja, manusia kayak gini patut didoakan, biar jadi manusia yang berguna, dan bisa banggain orang tuanya. Kasian, orang tuanya banting tulang cari biaya buat sekolahin anaknya, eh ternyata kelakuannya kurang ajar, nggak ada sopan santunnya.
Gue ingetin aja sih, emang kalau balasan nggak dateng sekarang-sekarang, nggak dateng dari gue langsung. Tapi percaya, kapun pun itu, oleh siapa pun itu, lo bakal diperlakukan hal yang sama pula.
Karna gue yakin, apa yang ditanam, itulah yang dituai.
Bubay!
Comments
Post a Comment