Mari, aku ajak kau berpikir sedikit, barangkali masih ada otak dan hatimu yang mau memahami orang lain.
Bagaimana kau tau bahwa baju yang aku pakai ini diberikan cuma-cuma oleh orang yang sayang padaku? Bagaimana kau tau bahwa fasilitas yang aku miliki ini diberikan oleh orang yang peduli padaku begitu saja? Tinggal minta, tinggal bicara, semua kudapat. Atau mungkin, tanpa meminta dan bicara, sudah kudapat.
Lantas, bagaimana kamu bisa bicara bahwa aku tidak merasa senang saat aku mendapat juara? Sedang kamu bukan diriku, sedang kamu bukan jiwaku, bagaimana bisa mulutmu itu berkata bahwa aku tidak bahagia, bahwa aku tidak senang? Bagaimana?
Jawabannya tentu hanya karna kamu iri padaku.
Tidak suka saat aku senang, cepat menyimpulkan apa yang aku lakukan, kemudian seenaknya berkata kalau aku merasa sepeti ini-itu. Macam peramal saja, bahkan peramal pun tidak selalu benar saat membaca perasaan orang, atau mungkin tidak bisa. Entahlah, kan aku bukan peramal sepertimu.
Soal baju yang aku pakai, kau bilang aku dapat itu cuma-cuma oleh orang yang sayang padaku. Jawabannya, jelas bukan salahku, orang itu sayang padaku tentu juga beralasan, mungkin karna aku baik, rajin, atau apalah, lantas dia sayang padaku, kemudian dengan rasa sayangnya itu, rasa cintanya itu, dia memberikan apa yang dia mampu berikan untukku.
Kau paham betulkan, cinta adalah perbuatan.
Terus kau seenaknya berkata bahwa aku mendapatkannya semudah itu? Tidak pahamkah otak kau? Atau otakmu terlalu lama untuk memahami suatu hal?
Orang tersebut memberi apa yang mereka ingin berikan padaku, karna mereka sayang padaku. Bagaimana bisa mereka sayang padaku?
Jawabannya adalah karna usahaku.
Usahaku yang ingin selalu berbuat baik, usahaku yang rajin membantu, atau minimal, usahaku untuk tidak menyusahkan, terakhir, usahaku untuk memberikan prestasi.
Kalau kau tanya kenapa tidak dapat yang kau inginkan, tentu aku akan bertanya pula, usahamu sudah bagaimana? Sudah sebesar apa? Tentu kau harus memberikan sesuatu untuk meyakinkan mereka bahwa kau ini layak mendapatkan penghargaan sepertiku, layak mendapatkan barang-barang sepertiku.
Itu artinya, semua yang diberikan mereka padaku tidak cuma-cuma bukan? Melainkan ada usaha yang aku kerjakan.
Tidak seperti kau, yang sibuk menyalahkan diriku, sibuk berkoar-koar kepada yang lain 'Lihatlah! Dia diberikan sepeda baru! Lihatlah! Dia diajak menginap di hotel!'
Aku bukan seperti dirimu yang hanya bisa menyalahkan 'Lihat! Karna dirimu diberi baju, aku jadi tidak dapat baju! Lihat! Karna dirimu diberi sepeda, aku jadi tidak dapat sepeda!'
Begitulah kau, yang selalu menyalahkan, selalu mudah menyimpulkan. Sedang kau tidak tau sebesar apa usaha yang orang lain lakukan untuk mendapatkan itu. Sedang kau hanya sibuk mengeluh-eluhkan, menyalahkan orang atas segala sesuatu, tidak berpikir bahwa seharusnya dirimulah yang berusaha keras! Tentu berusaha keras untuk memberikan yang terbaik, bukan berusaha keras menjatuhkan orang yang sungguh-sungguh berusaha!
Entahlah, hati dan otakmu akan terbuka atau tidak. Entah matamu sudah dibutakan dengan rasa benci atau tidak. Kuharap tidak begitu. Kasihan jika kau berlama-lama membenci orang, menjadi tukang berkoar-koar, nanti kau tidak mendapatkan apa-apa.
Terakhir, pesan dariku, jika aku mendapatkan sesuatu, sedang kau tidak, jangan salahkan aku, karna mungkin dirimu yang kurang usaha.
Di dunia ini ada banyak jenis manusia, dua diantaranya sudah aku beri tau dalam tulisan ini, orang yang mau berusaha, dan orang yang hanya diam menyalahkan, si tukang berkoar-koar.
*Semua benda bisa diganti dengan apa yang kau mau, misal dengan 'uang', silahkan baca ulang.
Bagaimana kau tau bahwa baju yang aku pakai ini diberikan cuma-cuma oleh orang yang sayang padaku? Bagaimana kau tau bahwa fasilitas yang aku miliki ini diberikan oleh orang yang peduli padaku begitu saja? Tinggal minta, tinggal bicara, semua kudapat. Atau mungkin, tanpa meminta dan bicara, sudah kudapat.
Lantas, bagaimana kamu bisa bicara bahwa aku tidak merasa senang saat aku mendapat juara? Sedang kamu bukan diriku, sedang kamu bukan jiwaku, bagaimana bisa mulutmu itu berkata bahwa aku tidak bahagia, bahwa aku tidak senang? Bagaimana?
Jawabannya tentu hanya karna kamu iri padaku.
Tidak suka saat aku senang, cepat menyimpulkan apa yang aku lakukan, kemudian seenaknya berkata kalau aku merasa sepeti ini-itu. Macam peramal saja, bahkan peramal pun tidak selalu benar saat membaca perasaan orang, atau mungkin tidak bisa. Entahlah, kan aku bukan peramal sepertimu.
Soal baju yang aku pakai, kau bilang aku dapat itu cuma-cuma oleh orang yang sayang padaku. Jawabannya, jelas bukan salahku, orang itu sayang padaku tentu juga beralasan, mungkin karna aku baik, rajin, atau apalah, lantas dia sayang padaku, kemudian dengan rasa sayangnya itu, rasa cintanya itu, dia memberikan apa yang dia mampu berikan untukku.
Kau paham betulkan, cinta adalah perbuatan.
Terus kau seenaknya berkata bahwa aku mendapatkannya semudah itu? Tidak pahamkah otak kau? Atau otakmu terlalu lama untuk memahami suatu hal?
Orang tersebut memberi apa yang mereka ingin berikan padaku, karna mereka sayang padaku. Bagaimana bisa mereka sayang padaku?
Jawabannya adalah karna usahaku.
Usahaku yang ingin selalu berbuat baik, usahaku yang rajin membantu, atau minimal, usahaku untuk tidak menyusahkan, terakhir, usahaku untuk memberikan prestasi.
Kalau kau tanya kenapa tidak dapat yang kau inginkan, tentu aku akan bertanya pula, usahamu sudah bagaimana? Sudah sebesar apa? Tentu kau harus memberikan sesuatu untuk meyakinkan mereka bahwa kau ini layak mendapatkan penghargaan sepertiku, layak mendapatkan barang-barang sepertiku.
Itu artinya, semua yang diberikan mereka padaku tidak cuma-cuma bukan? Melainkan ada usaha yang aku kerjakan.
Tidak seperti kau, yang sibuk menyalahkan diriku, sibuk berkoar-koar kepada yang lain 'Lihatlah! Dia diberikan sepeda baru! Lihatlah! Dia diajak menginap di hotel!'
Aku bukan seperti dirimu yang hanya bisa menyalahkan 'Lihat! Karna dirimu diberi baju, aku jadi tidak dapat baju! Lihat! Karna dirimu diberi sepeda, aku jadi tidak dapat sepeda!'
Begitulah kau, yang selalu menyalahkan, selalu mudah menyimpulkan. Sedang kau tidak tau sebesar apa usaha yang orang lain lakukan untuk mendapatkan itu. Sedang kau hanya sibuk mengeluh-eluhkan, menyalahkan orang atas segala sesuatu, tidak berpikir bahwa seharusnya dirimulah yang berusaha keras! Tentu berusaha keras untuk memberikan yang terbaik, bukan berusaha keras menjatuhkan orang yang sungguh-sungguh berusaha!
Entahlah, hati dan otakmu akan terbuka atau tidak. Entah matamu sudah dibutakan dengan rasa benci atau tidak. Kuharap tidak begitu. Kasihan jika kau berlama-lama membenci orang, menjadi tukang berkoar-koar, nanti kau tidak mendapatkan apa-apa.
Terakhir, pesan dariku, jika aku mendapatkan sesuatu, sedang kau tidak, jangan salahkan aku, karna mungkin dirimu yang kurang usaha.
Di dunia ini ada banyak jenis manusia, dua diantaranya sudah aku beri tau dalam tulisan ini, orang yang mau berusaha, dan orang yang hanya diam menyalahkan, si tukang berkoar-koar.
*Semua benda bisa diganti dengan apa yang kau mau, misal dengan 'uang', silahkan baca ulang.
Comments
Post a Comment