Skip to main content

Si tukang koar-koar

Mari, aku ajak kau berpikir sedikit, barangkali masih ada otak dan hatimu yang mau memahami orang lain.

Bagaimana kau tau bahwa baju yang aku pakai ini diberikan cuma-cuma oleh orang yang sayang padaku? Bagaimana kau tau bahwa fasilitas yang aku miliki ini diberikan oleh orang yang peduli padaku begitu saja? Tinggal minta, tinggal bicara, semua kudapat. Atau mungkin, tanpa meminta dan bicara, sudah kudapat.

Lantas, bagaimana kamu bisa bicara bahwa aku tidak merasa senang saat aku mendapat juara? Sedang kamu bukan diriku, sedang kamu bukan jiwaku, bagaimana bisa mulutmu itu berkata bahwa aku tidak bahagia, bahwa aku tidak senang? Bagaimana?

Jawabannya tentu hanya karna kamu iri padaku.

Tidak suka saat aku senang, cepat menyimpulkan apa yang aku lakukan, kemudian seenaknya berkata kalau aku merasa sepeti ini-itu. Macam peramal saja, bahkan peramal pun tidak selalu benar saat membaca perasaan orang, atau mungkin tidak bisa. Entahlah, kan aku bukan peramal sepertimu.

Soal baju yang aku pakai, kau bilang aku dapat itu cuma-cuma oleh orang yang sayang padaku. Jawabannya, jelas bukan salahku, orang itu sayang padaku tentu juga beralasan, mungkin karna aku baik, rajin, atau apalah, lantas dia sayang padaku, kemudian dengan rasa sayangnya itu, rasa cintanya itu, dia memberikan apa yang dia mampu berikan untukku.

Kau paham betulkan, cinta adalah perbuatan.

Terus kau seenaknya berkata bahwa aku mendapatkannya semudah itu? Tidak pahamkah otak kau? Atau otakmu terlalu lama untuk memahami suatu hal?

Orang tersebut memberi apa yang mereka ingin berikan padaku, karna mereka sayang padaku. Bagaimana bisa mereka sayang padaku?

Jawabannya adalah karna usahaku.

Usahaku yang ingin selalu berbuat baik, usahaku yang rajin membantu, atau minimal, usahaku untuk tidak menyusahkan, terakhir, usahaku untuk memberikan prestasi.

Kalau kau tanya kenapa tidak dapat yang kau inginkan, tentu aku akan bertanya pula, usahamu sudah bagaimana? Sudah sebesar apa? Tentu kau harus memberikan sesuatu untuk meyakinkan mereka bahwa kau ini layak mendapatkan penghargaan sepertiku, layak mendapatkan barang-barang sepertiku.

Itu artinya, semua yang diberikan mereka padaku tidak cuma-cuma bukan? Melainkan ada usaha yang aku kerjakan.

Tidak seperti kau, yang sibuk menyalahkan diriku, sibuk berkoar-koar kepada yang lain 'Lihatlah! Dia diberikan sepeda baru! Lihatlah! Dia diajak menginap di hotel!'

Aku bukan seperti dirimu yang hanya bisa menyalahkan 'Lihat! Karna dirimu diberi baju, aku jadi tidak dapat baju! Lihat! Karna dirimu diberi sepeda, aku jadi tidak dapat sepeda!'

Begitulah kau, yang selalu menyalahkan, selalu mudah menyimpulkan. Sedang kau tidak tau sebesar apa usaha yang orang lain lakukan untuk mendapatkan itu. Sedang kau hanya sibuk mengeluh-eluhkan, menyalahkan orang atas segala sesuatu, tidak berpikir bahwa seharusnya dirimulah yang berusaha keras! Tentu berusaha keras untuk memberikan yang terbaik, bukan berusaha keras menjatuhkan orang yang sungguh-sungguh berusaha!

Entahlah, hati dan otakmu akan terbuka atau tidak. Entah matamu sudah dibutakan dengan rasa benci atau tidak. Kuharap tidak begitu. Kasihan jika kau berlama-lama membenci orang, menjadi tukang berkoar-koar, nanti kau tidak mendapatkan apa-apa.

Terakhir, pesan dariku, jika aku mendapatkan sesuatu, sedang kau tidak, jangan salahkan aku, karna mungkin dirimu yang kurang usaha.

Di dunia ini ada banyak jenis manusia, dua diantaranya sudah aku beri tau dalam tulisan ini, orang yang mau berusaha, dan orang yang hanya diam menyalahkan, si tukang berkoar-koar.

*Semua benda bisa diganti dengan apa yang kau mau, misal dengan 'uang', silahkan baca ulang.

Comments

Popular posts from this blog

Pikiran Kotor

Akhirnya! gue bisa ngerasa lega karna gue bisa beropini sesuka dan sebebas gue selama gue tidak merugikan orang lain, itu menurut gue. Gue kesel dan bawaannya pengen beragumen kalo gue gaul bareng orang-orang yang berpikir negatif tentang orang lain. Heran aja gue, selama ada pikiran positif ya kenapa juga harus berpikir buruk tentang orang lain. Sebagai contoh pertama, gue sebagai perempuan yang pake jilbab atau orang diluar sana yang juga sama kaya gue, pasti sering banget di-nyinyir-in. Gue ga paham aja, gue yang terlalu baper atau pikiran mereka yang terlalu kotor. Pikiran kotor yang ngga pernah berpikir mengenai segala sesuatu dengan pandangan yang baik. Baru aja kemarin, temen gue perlu kuliahan gitu, dengan penuh percaya diri dan sikap sok tau, dia bilang kalo kita sebagai perempuan yang pake jilbab kudu jilbab-in hati dulu, it means kepala belakangan setelah hati, gitu? Kuno! Anak zaman sekarang itu ngga kayak gitu, ngga benerin akhlak d...

It's enough..

Lagi-lagi gue dapet kabar yang kali ini udah bikin gue muak. Gue sering banget dapet cerita korban-korban pelecehan seksual yang disalahkan. Demi tuhan gue ga tau lagi harus dengan cara apa gue menyadarkan mereka. Masih ada manusia yang nggak berotak kayak gini di jaman secanggih ini. Kayaknya yang berkembang teknologi doang, otak manusia masih aja nggak berkembang dan jauh dari kata cerdas. Terus apa sekarang? Salah karna nggak nutup aurat? Terus gue yang udah nutup aurat kenapa masih jadi korban pelecehan? Apa lagi? Apa lagi yang salah dari kita sebagai perempuan? Tolong otak mesumnya dibuang jauh-jauh. Kenapa? Masih mau membela diri kalau perempuan itu sendiri yang bikin nafsu? Kalau emang bisa gunain otaknya dengan baik dan benar, menurut gue nggak akan ada tuh rasa nafsu dengan perempuan lain yang jelas-jelas nggak ada hubungan yang terikat dan sah dengan diri lo. As simple as jangan menyalahkan korban dan menyudutkan korban itu sendiri, sih. As simple as that. Dan gue baru ...

(Bukan) Manusia

Kenapa masih ada manusia sejenis ini ya? Banyak, bukan satu--dua orang. Kerjaannya ngehina-hina, apa aja dibawa. Mau ngebercandain, malah bawa-bawa orang tua, bawa-bawa organisasi. Gue juga kesel, kenapa kalau ada kesalahan, selalu jadi bahan olok-olok, jadi bahan ejekan. Nggak pernah mikir apa? Nggak ada suatu hal yang sempurna! Emang udah seberapa sempurna lo jadi orang baik? Yang nggak pernah punya kesalahan. Maaf ya, kalau emang lo orang baik--ngerasa baik, lo nggak akan seenaknya hina-hina orang. Diam itu emas. Nggak! Diam itu nggak selalu emas! Manusia sejenis ini, kalau didiemin makin menjadi-jadi. Buktinya? Gue! Gue yang dulu ketawa-ketiwi santai aja kalau dihina. Tapi nyatanya, lama-lama ini manusia malah makin nggak punya hati! Nggak punya otak! Ya artinya emang harus dilawan. Lo kira lo siapa? Kenapa? Kenapa kalau gue marah-marah? Kalau emang lo nggak suka gue marah, yaudah! Jangan bikin gue marah dengan hina-hina gue! Terlebih bawa-bawa orang tua, bawa-bawa organi...