Mari, aku ajak kau berpikir sedikit, barangkali masih ada otak dan hatimu yang mau memahami orang lain. Bagaimana kau tau bahwa baju yang aku pakai ini diberikan cuma-cuma oleh orang yang sayang padaku? Bagaimana kau tau bahwa fasilitas yang aku miliki ini diberikan oleh orang yang peduli padaku begitu saja? Tinggal minta, tinggal bicara, semua kudapat. Atau mungkin, tanpa meminta dan bicara, sudah kudapat. Lantas, bagaimana kamu bisa bicara bahwa aku tidak merasa senang saat aku mendapat juara? Sedang kamu bukan diriku, sedang kamu bukan jiwaku, bagaimana bisa mulutmu itu berkata bahwa aku tidak bahagia, bahwa aku tidak senang? Bagaimana? Jawabannya tentu hanya karna kamu iri padaku. Tidak suka saat aku senang, cepat menyimpulkan apa yang aku lakukan, kemudian seenaknya berkata kalau aku merasa sepeti ini-itu. Macam peramal saja, bahkan peramal pun tidak selalu benar saat membaca perasaan orang, atau mungkin tidak bisa. Entahlah, kan aku bukan peramal sepertimu. Soal baju ya...